BAGAIMANA rasanya kalau musik punk diadu “lari” dalam satu album? Tetap saja penikmat musik yang menentukan, mana yang larinya kenceng, mana yang larinya lambat. Siapa yang paling cepat masuk ke finish dan sukses menjadi pemenang?Ah, ini bukan persoalan kalah menang kok. Rasanya label Proton Record tidak akan “sepicik” itu menetapkan “pemenang” dari album yang bakal dirilisnya ini. Pasalnya, setiap band yang tergabung dalam album BERPACU DALAM MELODIC punya kans yang kuat untuk menjadi the rising star.
Menyimak album ini, memang adrenaline kita akan dipacu lebih keras. Jangan berharap ada lagu sendu atau mellow, karena 13 band yang masuk di kompilasi ini nyaris semuanya mengusung punk melodic. Sebelumnya, nama-nama seperti Superman Is Dead dan Endank Soekamti sudah masuk ke ranah ini.
Di album yang band-band-nya berasal dari beberapa daerah di Indonesia ini, single yang dirilis pertama adalah Cinta 18 yang dinyanyikan band punk asal Jogajakarta, My Pet Sally. Konon, terpilihnya single ini sudah melewati diskusi dengan beberapa music director di beberapa radio kondang.
Melihat deretan nama band dan judul lagunya, mungkin sebagian kita akan geleng-geleng. Cukup kontroversial dan mengejutkan. Misalnya, seperti Adalah Pyong-Pyong band dari Semarang, yang memakai refrain bahasa Inggris, judul nyeleneh, My Wife Is Lesbian. Bercerita tentang cowok yang menikahi seorang lesbi. Kalau masuk label besar, bisa jadi judul tersebut bakal dihapus. Tidak lazim.
Keunikan lain adalah punk berbahasa Jawa milik Not For Fun [Jogjakarta]. Band yang ketika menyerahkan materi, nyaris semuanya berhasa Inggris sini, harus ikhlas yang terpilih justru yang bahasa Jawa berjudul Pakde Bedjo
Single My Pet Sally sendiri saat ini sudah mulai menerobos di beberapa chart di radio-radio. Video klipnya juga sudah nongol di salah satu channel musik. Band yang diawaki dua cewek dan satu cowok ini [Renny - vokal/bass, Dessy [gitar/backing vokal, Jimbo - drum] sebenarnya tidak terlalu luarbiasa. Tapi lagunya tergolong “masih bisa” diterima kuping pemula sekalipun.
Album ini nampaknya berusaha mengisi ruang sempit ranah punk melodic. Tapi hati-hati, tampaknya juga harus ‘berpacu dengan promosi’ juga. Tapi, siapa pemenang “pacuan” ini? Pasarlah yang memilih, bukan label, bukan musisi, bukan band. Album ini termasuk ngebut, tapi tentu saja tak mau benjut. Pilihan kamu?
MY PET SALLY: Band Punk ‘Manis’ Tanpa Atribut
PUNK. Banyak yang salah kaprah mengindentikkan anak-anak punk. Menurut anggapan mereka-mereka yang “bergaya” punk secara fashion, punk adalah sepatu boot, celana ketat, rambut mohawk dan piercing di seantero tubuh. Benarkah?Tentu saja tidak segampang itu pantas disebut anak punk. Menurut pengertian Craig O’Hara dalam The Philosophy of Punk (1999) mendefinisikan punk lebih luas, yaitu sebagai perlawanan “hebat” melalui musik, gaya hidup, komuniti dan mereka menciptakan kebudayaan sendiri. Nah, apakah yang sekedar bergaya sok punk, bisa disebut real punk? Oknum kalau itu.Konon, gaya hidup punk itu selalu dengan pemberontakan. “Kami tidak setuju. Bagi kami punk itu sebuah spirit. Kalau kita sih ambil semangat bermusiknya saja,” jelas Dessy [lead itar], Jimbo [drum], dan Renyka [vokal/bas] yang tergabung di My Pet Sally Band.
Ngomong-ngomong soal punk, band Jogjakarta yang terbentuk tahun 2003 ini, cukup unik. Meski terang-terang memainkan punk melodic, mereka toh tidak berani mengkalim dirinya sebagai punk “habis-habisan”. Menurut mereka, menjadi punk tidak cuman fashion, tapi juga isi. “Yang penting isinya, bukan Cuma kemasannya aja mas,” celetuk Jimbo, satu-satunya “makhluk” ganteng di band ini. Konsep punk yang mereka pahami adalah, sebuah gaya hidup yang berhubungan dengan attidute tapi tetap ada filter. “Jiwa sosial, salah satu spirit punk yang kami ambil,” jelas Renyka, cewek kelahiran Tanjung [Kalsel], 17 November 1983 kalem.
Menyinggung sejarah My Pet Sally, menurut penjelasan Dessy, band mereka sebenarnya sudah cukup lama memainkan punk melodic sebagai pilihan bermusiknya. “Selagi punk melodic belum jadi trend seperti sekarang, kita sudah nekat memainkannya,” jelas cewek yang ngefans dengan BLINK 182. Kira-kita emapat tahun silam, ketika masih bernama Freunde, mereka tergolong punya fans yang tidak sedikit. “Kita seangkatan dengan Endank Soekamti, tapi dia mentas duluan,” celetuk Dessy sambil terkekeh. Endank Soekamti adalah band melodic punk yang naik daun dengan hits Bau Mulut. Yang unik dan cukup membedakan My Pet Sally dengan band melodic punk lainnya, dari tiga personilnya, dua orang cewek, satu orang cowok.
Meski punk terkenal dengan lirik-lirk provokatif dan lantang tentang pemberontakan, My Pet Sally memilih lirik cinta sebagai acuan. “Tapi bukan cinta yang menye-menye mas, istilahnya ketegaran cintalah,” terang Jimbo, cowok yang bernama asli Suryo Santoso sambil tersebyum.
Memang, untuk ukuran band punk yang cukup dikenal, My Pet Sally tergolong “anak manis”. Jangan membayangkan personilnya akan bergaya aneh-aneh dengan piercing di sekujur tubuh. Belum lagi bayangan tukang mabok, main cewek, atau adegan-adegan kekerasan dalam aksi panggungnya. “Kita termasuk penganut no drugs, no smoke, no free sex,” tandas Dessy yakin.
My Pet Sally termasuk jujur, lantaran mengatakan “tidak berani” hidup dari musik. “Musik tetap darah kami, tapi kami tidak menggantungkan hidup dari musik,” repet Renyka. Tapi untuk mengatakan bakal jauh-jauh dari musik, mereka juga mengatakan tidak. “Pokoknya nggak jauh-jauh dari musiklah,” kilah Jimbo, cowok yang lahir di Sleman, 21 Oktober 1982 ini yang diangguki personi lainya.
Personil My Pet Sally juga sadar, musik yang mereka mainkan juga tergolong trend perputaran musik. “Kalau suatu saat trendnya turun, kita sih tetap akan main punk. Hanya mungkin akan kita imbuh beberapa alat musik tradisional supaya berbeda,” ujarnya sembari menyebut alat musik bigpipe dan flute Irlandia sebagai alat musik yang coba mereka sandingkan dengan musik punk.
Pertemuan dua kutub musik itu, akan dijadikan semacam ciri khas buat My Pet Sally. “Kita tidak pingin itu cuma jadi tempelan saja, tapi betul-betul utuh dengan musik yang kita mainkan,” jelas Renyka serius.
Menanggapi tudingan musik punk rawan konflik sesama fans, mereka mengatakan semuanya itu sebenarnya bisa diatasi. “Musik ini memang membangkitkan adrenalin, jadi tampaknya seperti keras. Padahal mungkin saja mereka merayakan kegembiraan dengan moshing yang tampaknya rame, padahal sebenarnya tidak ada konflik,” jelas Renyka masih serius.
Hal itu yang membuat mereka di band yang mulai sering dapat order manggng di luar Jogjakarta ini, merasa mempunya tanggungjawab moral untuk memberi pemberdayaan kepada fans mereka. “Kita juga pingin fans kita pinter dan bisa menikmati musik kita dengan asik,” celetuk Dessy. Pembelajaran yang mereka lakukan memang tidak formal, karena My Pet Sally memilih edukasi lewat lirik atau dialog langsung dengan fans.
My Pet Sally termasuk beruntung, lantaran satu lagunya yang masuk kompilasi Berpacu Dalam Melodic dipilih sebagai single pertama dan dibuat video klipnya. “Yah semoga kami bisa makin dikenal dan diterima dengan baik di komunitas punk dimana saja,” harap Jimbo, Renyka dan Dessy. Bener, tidak ada kekerasan dan perbedaan lagi…
Monkey Business, Satu Lagi Punk Melodic Jogja!
ALBUM INI memang “menyenangkan” untuk produsernya. Bagaimana tidak, diluar single pertama lewat My Pet Sally Band yang dibuatnya [dan dibiayainya], beberapa band yang tergabung dalam kompilasi Berpacu Dalam Melodic malah kemudian swadaya membuat klipnya. Label lepas tangan? Ternyata tidak begitu, karena band-band yang masuk kompilasi ini memang diberi kebebasan untuk membuat klip sendiri sesuai apa yang mereka mau.Salah satu yang menyodorkan klip versi sendiri adalah Monkey Business [MB] dari Jogajakarta. Band punk melodic ini beranggotakan Anggit (vokal+gitar), Aswin (Vokal+bass), Eko (lead gitar) Hazrin (dram). Mereka membuat klip untuk single L.L.L.L [Lika Liku Laki_laki].Band ini berdiri tahun 2001 dengan nama awal TOYLAND. Di Jogja, nama mereka cukup dikenal lantaran cukup sering tampil dipanggung-panggung lokal. Namanya berubah menjadi Monkey Business sejak tahun 2003 diambil dari judul lagu band lawas, Skid Row [Kok sama dengan My Pet Sally?]. Klipnya, dibuat oleh Big Idea Production Jogjakarta.
Monkey Business adalah band yang mengusung punk sebagai dasar bermusiknya. Dalam versi mereka, musij yang mereka mainkan memiliki nuansa distorsi yang tebal dengan sound metal yang kental dipadu dengan melodi dan harmonisasi vokal serta beat drum yang cepat dan enerjik.Monkey Business terinfluence oleh MxPx, Green Day dan Blink 182.
Akankah mereka bisa mencuri perhatian pendengar musik di Indonesia?
BLACKENED; Dari Denpasar Dengan Video Klip Sendiri
SEANDAINYA semua band yang masuk album kompilasi punya “kesadaran” dan “kenekatan” seperti band-band yang ada di kompilasi Berpacu Dalam Melodic untuk membuat video klip sendiri, tentu semua produser [atau label] bisa tenang dan cuma mikir promosi saja. Sayangnya, itu baru seandainya.
Tapi begitulah yang dilakukan band-band di kompilasi ini. Kecuali single pertama, beberapa band lainnya memilih membuat klip sendiri sesuai dengan apa yang mereka mau. Salah satunya yang melakukan itu adalah BLACKENED, band melodic punk asal Denpasar Bali.
Blackened menyusul Monkey Bussines dan Happy Day –tergabung dalam kompilasi yang sama– membuat klip sendiri. Satu keuntungannya, mereka bisa bebas berekspresi menuangkan ide-ide dalam klipnya.
Tapi bukan tanpa “pengawasan” soal klipnya. Blackened terpaksa merevisi klipnya, lantaran awalnya dikembalikan karena ada tulisan F**K di kaos salah satu personilnya. Mereka terpaksa merombak klip dan syuting ulang. Klip kedua, ternyata kasar secara pembuatan dan lebih gelap. Akhirnya setelah direvisi lagi, mereka meloloskan klip untuk single berjudul Bintang.
Banyak yang “membandingkan” band ini dengan Superman Is Dead, dedengkot punk asal Bali juga. Tapi tentu saja, mereka dua band yang berbeda meski mungkin punya spirit dan kultur punk yang sama.
Band ini resmi berdiri tahun 1997. Waktu yang cukup lama untuk mengukuhkan eksistensi mereka. Formasi awalnya adalah Leonx [gitar/vokal], Lemponx [gitar], Oka Cembo [bas] dan Gober [drum]. Entah kebetulan atau tidak, nama Blackened sendiri diambil dari salah satu judul lagu Metalica. Ini tidak beda dengan My Pet Sally [lagu Blink 182], Monkey Bussines [lagunya Skid Row], yang kebetulan mengisi kompilasi yang sama.
Setelah keluar masuk personilnya, formasi sekarang adalah Leonx [gitar/vokal], Comar [bas], dan Gober [drum]. Lewat formasi ini, mereka sempat E.P pertama bertitel “Welcome To My Life”. Album yang berisi 8 lagu itu hanya didistribusikan di Bali saja secara indie label.
Kemudian tahun 2004, Blackened merepackaged album pertamanya dengan tambahan 2 lagu baru dan 2 lagu akustik. Albumnya diberi titel “Welcome To My Life Special Edition” dengan distribusi nasional meskipun masih bersifat indie label.
Mereka terplih sebagai salah satu band yang masuk dalam kompilasi BDM, yang rilis Februari 2005 lalu dan memilih membuat video klip secara swadaya.
3 komentar:
bebaskeun lur thank's for support us
my pet sally
bondx maneh beuki gelo wae..keep it up..
salam kenal blog ini asik artikel kalian asik band2 kalian keren...
Posting Komentar